7/29/2013

Buber 2013

Buber yuuk…..”begitu kata yang sering kali kita dengar ketika di Bulan Ramadhan. Kata gaul Buber
adalah kepanjangan dari kata Buka
Puasa Bersama yang mana sering dilakukan oleh guru, komunitas, organisasi, teman, reuni sekolah,kampus, kantor atau bahkan nasyarakat satu rt atau rw ketika di bulan romadhon.
Namun dibalik dari buber itu sendiri banyak mengandung arti dan tujuan yang banyak.

Adapun nilai atau tujuan dari buka puasa bersama sebenarnya berkaitan erat dengan setting atau tempat dimana dilaksanakan kegiatan buber tersebut. Terkait
tempat memang bisa dilaksanakan dimana saja mulai dari masjid, tempat sosial, rumah, warung, café, rumah makan,
mall, taman ataupun dilapangan sekalipun.
Seperti contoh buber dilksankan dipanti asuhan, panti
yatim, panti jompo, jalanan, maka buber tersebut dimana sebagai sodakoh namun jika buber tersebut di adakan di kaffe atau rumah makan maka buber itu dimaknai sebagai ajang berkumpul antar sesama ataupun yang lainnya.

Namun tujuan yang mendasar dari  buka puasa bersama adalah untuk memper erat tali silaturohim, persaudaraan, keakraban maupun
kekerabatan. Walaupun setiap hari
sudah bertatap muka akan tetapi momen buka puasa merupakan momen yang sangat penting ketika dibulan romadhon karena di momen ini kita sering diselingi dengan canda dan tawa sehingga terlihat bahwa satu sama lain terlihat begithu akrab dan tak ada masalah yang timbul. Terlebih bila buka puasa bersama ini dikemas dalam suasana reuni entah sekolah ataupun kampus.  Tentu suasana
lepas rindu dan lepas kangen akan sangat begitu terlihat dan terasa.

Dalam momen buka puasa bersama memang tidak ada
acara baku akan tetapi ada juga momen ini diselingi dengan acara siraman rohani, tilawah atau biasanya juga diselingi dengan game-game seru yang lain sebelum atau pun sesudah buka puasa dilakukan.

Memang buber adalah acara yang paling is the best dech, banyal makna yang terselubung, seperti acara yang pernah kami lakukan pada setiap bulan romdhon.

Selmat mencoba bagi yang belum pernah merasakam.

Think it, planning, do it and write your story in this blog.

7/24/2013

Rukun Rukun Wudhu

Rukun Rukun Wudhu

Rukun-Rukun Wudhu Al-Qur’an telah menyebut empat rukun (fardhu] wudhu, yaitu membasuh muka, membasuh kedua tangan, mengusap kepala, dan membasuh kedua kaki. Hal ini sebagaimana dalam firman Allah,

"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepadamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki...." (al- Maa’idah: 6)

Jumhur fuqaha selain ulama madzhab Hanafi telah menambahkan fardhu wudhu tersebut dengan berdasarkan dalil-dalil dari As-Sunnah. Yang mereka sepakati adalah fardhu niat wudhu. Ulama madzhab Maliki dan Hambali mewajibkan muwalah [berturut- turut] di antara rukun-rukun wudhu. Hal ini juga sama dengan yang diungkapkan oleh ulama madzhab Syafi’i dan Hambali. Selain itu, ulama madzhab Maliki mewajibkan menggosok anggota wudhu ketika meratakan air.

Oleh sebab itu, rukun wudhu dibedakan menjadi empat, menurut pendapat ulama madzhab Hanafi, yaitu yang disebut dalam ayat tersebut di atas. Dan ia terbagi menjadi tujuh menurut pendapat ulama madzhab Maliki, yaitu dengan menambahkan niat, menggosok anggota badan, dan muwalah (berturut-turut]. Dan menurut pendapat ulama madzhab Syafi’i, ia menjadi enam dengan menambahkan niat dan tartib.

Menurut pendapat ulama madzhab Hambali dan Syiah Imamiyah, rukun wudhu ada tujuh yaitu dengan menambahkan niat, tartib, dan muwalah (berturut-turut].

Dengan demikian, jelaslah bahwa rukun wudhu terbagi menjadi dua bagian. Yaitu, rukun-rukun yang disepakati oleh semua ulama dan rukun-rukun yang tidak mendapat kesepakatan dari mereka.

1) Rukun yang disepakati oleh semua ulama Ia terdiri atas empat rukun yang semuanya disebutkan dalam Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut. 1. Membasuh muka, sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT, "...maka basuhlah wajahmu...." (al- Maa’idah: 6)

yaitu membasuh semua bagian luar muka dengan sekali basuhan saja. Rukun ini juga berdasarkan kepada ijma para ulama.

Maksud membasuh adalah meratakan air pada satu anggota tubuh hingga air tersebut menetes. Menurut pendapat yang ashah, sekurang-kurangnya tetesan air tersebut adalah dua tetes dan dianggap tidak mencukupi apabila hanya sekadar meratakan air tanpa menetes. Selain itu, yang dimaksud dengan membasuh di sini adalah menyempurnakan perbuatan tersebut, baik dilakukan oleh orang yang berwudhu sendiri ataupun dengan pertolongan orang lain. Yang dihitung sebagai fardhu wudhu adalah satu kali basuh saja. Adapun mengulangi membasuh sebanyak tiga kali merupakan hal yang disunnahkan, bukan hal yang fardhu.

Muka adalah anggota bagian depan pada wajah seseorang. Ukuran panjangnya adalah antara tempat tumbuhnya rambut kepala- dalam keadaan normal-hingga ke bagian akhir dagu, atau dengan kata lain antara permulaan ruang dahi hingga ke bagian bawah dagu. Adapun yang dimaksud dagu adalah tempat tumbuhnya jenggot yang terletak di atas dua tulang rahang bagian bawah. Sedangkan dua tulang rahang adalah dua tulang yang menjadi tempat tumbuhnya gigi bagian bawah. Di antara bagian yang termasuk muka adalah bagian dahi seseorang yang ditumbuhi rambut yang dalam bahasa Arab disebut dengan al-ghamam. Adapun dua bagian kosong yang berada di samping dahi bagian atas (an- naz’atain), tidaklah termasuk bagian muka. An-naz‘atain dianggap sebagai bagian dari kepala karena kedua-duanya masuk ke dalam kepala.

Batas lebar muka adalah bagian di antara dua anak telinga. Menurut pendapat yang rajih dari ulama madzhab Hanafi dan Syafi’i, bagian kosong yang terdapat di antara ujung pipi dan telinga termasuk ke dalam anggota muka. Akan tetapi, ulama madzhab Maliki dan Hambali berpendapat bahwa ia termasuk ke dalam anggota kepala.

Termasuk bagian wajah menurut pendapat ulama madzhab Hambali, seperti yang terdapat dalam kitab al-Mughni, adalah bagian yang disebut dengan at-tahdzif yaitu bagian tepi dahi yang ditumbuhi rambut-rambut yang tipis yang terletak di antara ujung pipi dan dahi. Ini disebabkan tempat tersebut berada di bagian muka. Akan tetapi, an-Nawawi mengatakan bahwa menurut yang telah diakui jumhur ulama madzhab Syafi’i, maudhi’ at-tahdzif (tempat tumbuh bulu) adalah bagian dari kepala karena rambutnya berhubungan dengan rambut kepala. Penulis kitab Kasysyaful Qina’ dari madzhab Hambali mengatakan bahwa maudhi’ at-tahdzif (tempat tumbuh bulu] tidak termasuk ke dalam anggota muka, melainkan ia termasuk ke dalam anggota kepala.

Ruang kosong yang terdapat di atas dua telinga yang bersambung dengan dua ujung pipi adalah termasuk anggota kepala, karena kedua-duanya masuk dalam bulatan kepala. Meskipun demikian, hendaklah sebagian kecil dari kepala dimasukkan ke dalam anggota muka untuk menyempurnakan hukum wajib membasuh muka. Karena, hukum wajib membasuh muka tidak akan sempurna kecuali dengan membasuh sebagian kepala tersebut. Ulama madzhab Hambali berpendapat bahwa sunnah hukumnya membasuh maudhi’ al- mafshal, yaitu bagian yang terletak di antara janggut dengan telinga. Karena, ia termasuk ke dalam anggota yang sering dilupakan orang. Ulama madzhab Syafi’i juga mengatakan bahwa sunnah hukumnya membasuh maudhi’ ash- shal’i, yaitu bagian kepala yang botak, maudhi’ at-tahdzif; yaitu dua sisi dahi yang ditumbuhi rambut tipis dan dua ruang kosong yang terletak di atas dua telinga ketika membasuh muka. Hal ini dilakukan untuk menghindari perbedaan pendapat tentang hukum wajib membasuh bagian-bagian tersebut.

Wajib membasuh sebagian kecil bagian kepala, leher, bagian bawah tulang rahang, dan dua telinga. Begitu juga wajib melebihkan sedikit ketika membasuh kedua tangan dan kedua kaki. Hal ini berdasarkan hukum wajib yang ditetapkan untuk membasuh kedua anggota tersebut. Karena suatu kewajiban yang tidak dapat sempurna kecuali dengan sesuatu yang lain, maka sesuatu yang lain tersebut menjadi wajib.

Termasuk juga bagian anggota muka adalah dua bibir, bagian hidung yang lunak, bagian depan hidung, dan yang semcamnya. Tidak wajib membasuh bagian dalam dua bibir dan dua mata.

Wajib membasuh bulu kening, bulu mata, ujung pipi (yaitu bulu yang tumbuh di atas tulang yang lurus dengan telinga dan terletak di antara pelipis dan pipi), bulu pipi, bulu rewes (yaitu bulu yang tumbuh di bawah bibir mulut bagian bawah), bagian luar dan dalam jenggot (yaitu bulu yang hanya tumbuh di dagu, tempat pertemuan dua tulang rahang) baik ia tumbuh dengan tipis ataupun tebal. Ini karena terdapat sebuah hadits riwayat Muslim yang menceritakan bahwa Rasul bersabda kepada seorang laki-laki yang tidak membasuh kuku kakinya. Beliau bersabda,

"Kembalilah dan sempurnakan wudhu kamu." Jika jenggot seseorang tebal hingga kulitnya tidak tampak, maka yang wajib dibasuh hanya bagian luar saja, dan sunnah hukumnya menyela-nyelai bagian dalam jenggot tersebut. Ketetapan sunnah ini karena sukar untuk menyampaikan air ke kulit pada bagian tersebut. Dalilnya adalah berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al- Bukhari yang menggambarkan bahwa Nabi saw. sedang berwudhu, kemudian beliau mengambil seciduk air untuk membasuh muka. Padahal, janggut beliau tebal. Hal ini menunjukkan bahwa seciduk air biasanya tidaklah mencukupi untuk membasuh hingga sampai ke bagian dalam (jenggot).

Adapun jenggot yang panjang hingga melebihi paras muka, maka ia wajib dibasuh menurut pendapat yang mu’tamad di kalangan ulama madzhab Syafi’i dan Hambali. Hal ini karena ia adalah bulu yang tumbuh di bagian anggota fardhu. Oleh sebab itu, secara lahir ia termasuk ke dalam nama anggota tersebut. Dan ia tidak dapat disamakan dengan rambut

kepala. Adapun rambut yang keluar dari batas kepala, tidak termasuk ke dalam kepala. Selain itu, karena terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Amru bin Absah,

"Kemudian apabila dia membasuh muka seperti yang diperintahkan Allah, maka keluar-lah dosa muka dari ujung jenggotnya bersama dengan tetesan air."

Ulama madzhab Hanafi dan Maliki tidak mewajibkan membasuh jenggot yang panjang, karena ia dihitung sebagai bulu yang keluar dari bagian anggota fardhu dan ia juga bukan dari bagian muka.

Ulama madzhab Hambali menambahkan, mulut dan hidung adalah bagian dari anggota muka. Pendapat ini juga menegaskan bahwa berkumur dan membersihkan hidung dalam wudhu merupakan hal yang wajib berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Dawud dan perawi yang lain. Maksud hadits tersebut adalah, "Apabila kamu berwudhu, maka hendaklah kamu berkumur."

Hadits lain yang diriwayatkan at-Tirmi- dzi dari Salamah bin Qais juga menyatakan, "Apabila kamu berwudhu, maka hendaklah kamu membersihkan hidung."

Juga, terdapat hadits lain yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang dapat diterima oleh semua ulama, "Apabila salah satu di antara kamu sedang berwudhu, maka hendaklah ia memasukkan air ke dalam hidung kemudian menghempaskannya keluar."

Ulama madzhab Hambali mewajibkan juga membaca Bismillah ketika berwudhu. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw.,

"Tidaklah sah shalatnya orang yang tidak berwudhu, dan tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah (membaca bis- millah)."

Konsep Thaharah

Konsep Thaharah

Pembahasan mengenai thaharah (ber- suci) mengandung tujuh bagian.

A. Konsep Thaharah

Perkara yang dibincangkan dalam bab ini meliputi pengertian, kepentingan, jenis- jenis benda yang menyucikan, jenis-jenis air, hukum mengenai sisa dan telaga air, dar. jenis-jenis benda yang suci.

B. Najis Pembahasan dalam pasal ini meliputi jenis najis, kadar najis yang dimaafkan, cara menyucikan najis, dan hukum air basuhan.

C. Istinja’ Pembahasannya meliputi pengertiannye, hukum, cara, dan adab membuang air.

D. Wudhu dan Perkara yang Berkaitan Pasal ini dibagi kepada tiga pembahasan. Pembahasan pertama, fardhu, syarat, dan sunnah wudhu, di samping perkara yang membatalkan wudhu serta wudhu orang yang uzur. Pembahasan kedua mengenai bersiwak termasuk pengertian, hukum, cara, dan faedah bersiwak. Pembahasan ketiga mengenai menyapu dua khuf. Ini meliputi pengertian, dasar pensyariatan, cara, syarat, waktu menyapu, perkara yang membatalkannya, menyapu serban, menyapu sarung kaki, dan menyapu pembalut [jabirah).

E. Mandi Dalam pasal ini, pembahasannya meliputi kelebihan air mandi, perkara-perkara yang menyebabkan mandi, perkara-perkara fardhu, sunnah dan makruh, serta perkara yang diharamkan bagi orang yang berjunub, mandi- mandi sunnah dan hukum yang berhubungan dengan konsekuensi mandi seperti memasuki masjid dan bilik air.

F. Tayamum Dalam pasal ini, akan dibahas masalah definisi, dasar pensyariatan, sifat, sebab, fardhu, cara, syarat, sunnah, makruh, perkara- perkara yang membatalkan tayamum, dan hukum orang yang tidak mempunyai dua bahan penyuci (air dan debu).

G. Haid, Nifas, dan Istihadhah Pasal ini mengandung empat pembahasan. Pembahasan pertama mengenai definisi haid dan masanya. Pembahasan kedua mengenai definisi nifas dan masanya. Pembahasan ketiga mengenai hukum haid dan nifas, serta perkara yang diharamkan bagi orang yang haid dan nifas. Pembahasan keempat mengenai istihadhah dan hukumnya.

A. KONSEP THAHARAH

Para ahli fiqih mendahulukan pembahasan thaharah sebelum pembahasan shalat. Alasannya adalah thaharah merupakan kunci dan syarat sahnya shalat. Syarat mestilah didahulukan dari masyruth (perkara yang memerlukan syarat). Nabi Muhammad saw. bersabda, "Kunci shaiat ialah suci (thuhur); yang menyebabkan haram melakukan perkara-perkara yang dihalalkan sebelum shalat .adalah takbiratul ihram; dan yang menghalalkan melakukan perkara yang diharamkan sewaktu shalat ialah salam."240 Rasul juga bersabda, "Suci idalah sebagian dari iman,"241

Dalam pasal ini, akan dibahas beberapa perkara berikut ini. Pertama: Pengertian dan kepentingan thaharah. Kedua: Syarat wajib thaharah. Ketiga: Jenis-jenis benda yang dapat menyucikan. Keempat: Jenis-jenis air. Kelima: Hukum tentang sisa dan telaga. Keenam : Jenis jenis barang yang suci.

Amalan Kesukaan Rasulullah SAW di bulan Ramadhan

Amalan Kesukaan Rasulullah SAW di bulan Ramadhan

AMALAN yang menghidupkan Ramadan ialah memperbanyakkan sedekah kerana sikap bermurah hati pada Ramadan adalah dituntut. Ibn Abbas melaporkan: "Rasulullah adalah orang yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan lagi pada Ramadan ketika Jibril menemuinya lalu membacakan padanya al-Quran." (Hadis riwayat Bukhari).

Membaca al-Quran

Disunatkan memperbanyakkan bacaan al-Quran pada bulan Ramadan kerana ia bulan al-Quran seperti firman Allah yang bermaksud: "... bulan Ramadan yang padanya diturunkan al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia dan menjadi keterangan yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbezaan antara yang benar dengan yang salah." (Surah al-Baqarah, ayat 185) Malaikat Jibril sentiasa bertadarus al-Quran dengan Nabi SAW setiap hari sepanjang Ramadan. Para salaf mendahulukan bacaan al-Quran daripada ibadah lain. Sebahagian salaf khatam al-Quran dalam masa tiga hari, sebahagiannya tujuh hari dan 10 hari pada Ramadan.

Saidina Uthman bin Affan khatam al-Quran setiap hari pada Ramadan. Imam Zuhri berkata apabila tiba Ramadan, "Sesungguhnya Ramadan itu bulan membaca al-Quran dan menyediakan makanan untuk orang berpuasa."

Memberikan makan kepada orang yang berbuka puasa.

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud: "Sesiapa yang memberikan makan kepada orang yang berpuasa, maka baginya seperti pahala (orang yang berpuasa) dalam keadaan tidak berkurung sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa itu." (Hadis riwayat Ahmad, Tirmizi, Ibn Majah dan ad-Darimi)

Qiamullail

Disunatkan berjaga malam secara berjemaah pada bulan Ramadan iaitu solat terawih dan waktunya di antara solat Isyak hinggalah terbitnya fajar. Nabi sangat gemar mendirikan malam pada bulan Ramadan. Rasulullah bersabda yang bermaksud: "Sesiapa menghidupkan Ramadan dengan keimanan dan pengharapan pahala daripada Allah Taala, maka akan diampunkan segala dosanya yang terdahulu." (Hadis riwayat Bukhari)

Solat tarawih

Solat tarawih adalah solat khusus yang hanya dilakukan pada Ramadan. Solat tarawih, walaupun dapat dilaksanakan bersendirian, umumnya dilakukan secara berjemaah di masjid. Di sesetengah tempat, sebelum solat tarawih, diadakan ceramah singkat bagi menasihati jemaah. Mengerjakan umrah Perkara disunatkan pada Ramadan adalah mengerjakan umrah berdasarkan sabda Baginda SAW yang bermaksud: "Umrah pada Ramadan (pahalanya) sama dengan (pahala) mengerjakan haji atau mengerjakan haji bersamaku." (Hadis riwayat Bukhari)

Zakat fitrah

Zakat fitrah dikeluarkan khusus pada Ramadan atau paling lambat sebelum selesainya solat sunat hari raya. Setiap Individu Muslim yang berkemampuan wajib membayar zakat fitrah. Nilai zakat fitrah adalah satu gantang makanan ruji atau setara dengan 2.7 kilogram beras.

7/23/2013

Menuntut Ilmu Syari’ ﴿  طلب العلم الشرعي ﴾ ]

Menuntut Ilmu Syari’
﴿  طلب العلم الشرعي ﴾

]  Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad


2010 - 1431


﴿  طلب العلم الشرعي ﴾
« باللغة الإندونيسية »

تأليف: د. أمين بن عبد الله الشقاوي

ترجمة: مظفر شهيد
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو



2010 - 1431





Menuntut Ilmu Syari’

Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wata’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah salallahu’alaihi wa salam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:
Di antara bentuk ibadah yang paling utama dan ketaatan yang paling agung yang dianjurkan oleh syara’ adalah menuntut ilmu syara’. Dan maksud ilmu syara’ ini adalah ilmu yang membahas tentang kitab Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam.
قال الله تعالى: ] قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ [
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Al-Zumar: 9)
قال تعالى: ] شَهِدَ اللّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُواْ الْعِلْمِ قَآئِمَاً بِالْقِسْطِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ [
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali Imron: 18)
قال تعالى: ] يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ [
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah maka dia akan diberikan kepahaman di dalam agama”.
Sebagian ahlul ilmi berkata: Orang yang tidak memahami agama maka tidak dikehendaki kebaikan baginya”.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitab sunannya dari Abi Darda’ bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memberikannya jalan menuju ke surga, sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena merasa redha terhadap penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang memililki ilmu dimintakan ampun oleh penghuni langit dan penghuni bumi bahkan ikan-ikan di dalam lautan, sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah seperti kelebihan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang, sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi dan para nabi tidak mewriskan uang dinar atau dirham, mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya berarti dia telah mendapatkan bagian yang besar”.
Al-Auza’i berkata: Orang yang dianggap manusia menurut kami adalah para ulama, dan orang selain mereka tidak ada artinya”. Dan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimhullah berkata: Kebutuhan manusia kepada ilmu syara’ lebih besar dari kebutuhan mereka terhadap makanan dan minuman”.
Di antara keutmaan ilmu ini adalah mengalirnya pahala ilmu tersebut sekalipun orang yang memilikinya telah meninggal dunia. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Apabila anak Adam telah meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu mendoakannya”.
Di antara keutamaan orang yang berilmu adalah orang yang berilmulah yang akan tetap komitmen tegak dalam  hukum Allah sampai hari kiamat tiba. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Akan senantiasa tagak dalam agama Allah, tidak akan memudharatkan mereka orang yang melawan mereka atau menyelisihi mereka sehingga datang perkara Allah dan mereka akan ditinggikan di hadapan manusia”.
Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal bahwa dia berkata tentang kelompok ini: Kalau bukan ahli hadits maka aku tidak mengetahui siapa mereka”.
Di antara keutamaan ilmu syara’ adalah bahwa dia sebagai petunjuk pada jalan mengarah ke surga. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memberikannya jalan menuju ke surga”. HR. Msulim no: 2699.
Di antara keutamaan orang yang berilmu adalah bahwa mereka sebagai pelita yang dijadiakan petunjuk oleh manusia dalam perkara agama dan dunia. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Telah terjadi pada kaum sebelum kalian bahwa seorang lelaki telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, lalu lelaki tersebut bertanya tentang orang yang paling berlimu di dunia ini, lalu ditunjukkan baginya seorang rahib yang ahli ibadah, dan lelaki itupun mendatangi rahib tersebut dan berkata kepadanya bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa dan bertanya kepadanya apakah dia memiliki kesempatan untuk bertaubat?. Maka rahib tersebut menjawab: Tidak. Lalu dia membunuh rahib tersebut, sehingga dirinya telah membunuh sertaus jiwa. Kemudian dia kembali bertanya tentang penghuni bumi yang paling berilmu, maka ditunjukkan baginya seorang lelaki yang berilmu dan orang itu bercerita bahwa dia telah membunuh seratus jiwa apakan taubatanya akan diterima?. Orang alim tersebut berkata: Ya, siapakah yang menghalangi dirinya dari bertaubat?.
Dia antara keutamaan orang yang berilmu adalah sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menghunjamkan bagi ahli ilmu yang rabbani rasa takut dan cinta serta rasa hormat di dalam hati manusia. Engkau melihat bahwa manusia memuji mereka dan seluruh hati sepakat untuk menghormati dan menghargai mereka. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال تعالى: ] إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا [
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang”. (QS. Maryam: 96).
Di antara kelebihan ilmu syara’ adalah bahwa menuntut ilmu syara’ lebih baik dari harta di dunia. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits riwayat Uqbah bin Amir radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam keluar sementara kami berada di Shuffah (sebuah ruangan di samping mesjid) dan beliau bersabda: Siapakah di antara kalian yang senang untuk pergi pada waktu pagi ke Bathan atau ke Aqiq dan dia datang kembali darinya dengan membawa dua ekor onta yang gemuk tanpa membawa dosa dan memutus silaturrahmi?. Maka kami berkata: Wahai Rasulullah kami menyenangi hal tersebut. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Apakah salah seorang di antra kalian tidak segera pergi ke mesjid lalu dia mempelajari atau membaca dua ayat dari kitab Allah Azza Wa Jalla lebih baik dari dua ekor unta, dan tiga ayat lebih baik dari tiga ekor onta, dan empat ayat lebih baik dari empat ekor dan jumlah ayat yang sama dengan jumlah onta”.
Dan media untuk menuntut ilmu itu banyak sekali, seperti menghadiri majlis ilmu para ulama dan para syekh, mendengarkan muhadharah, ceramah di mesjid, membaca buku-buku yang bermanfaat, bertanya kepada orang yang berilmu tentang perkara yang sulit dan menghafal kitab Allah dan itulah ilmu yang paling besar.
Dan Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam memberitahukan bahwa di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah diangkatnya ilmu syara’, kebodohan merajalela. Di dalam Al-Shahihaini dari Abdullah bin Amru bin Ash radhaiallahu anhuma bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan mencabut ilmu itu dengan mengambilnya secara langsung dari para hamba akan tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan mencabut nyawa para ulama sehingga saat tidak ada seorangpun yang berilmu maka manusia akan memilih peminpin yang bodoh, lalu mereka ditanya lalu mereka memberi fatwa yang salah, maka mereka sesat dan menyesatkan”.
Dan Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam berlindung kepada Allah subhanahu wata’alla dari ilmu yang tidak bermanfaat:
(( اللهم إني أعوذ بك من الأربع من علم لا ينفع ومن قلب لا يخشع ومن نفس لا تشبع ومن دعاء لا يسمع ))
“Ya Allah kami berlindung kepada -Mu dari empat perkara: Ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak puas dan do’a yang tidak didengar”.
Dan wajib bagi orang yang menuntut ilmu untuk mengikhlaskan niatnya semata-mata karena Allah subhanahu wata’alla, bukan untuk mencari jabatan, harta atau kepentingan dunia lainnya. Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitab sunannya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang menuntut ilmu yang semestinya harus dilaksanakan dengan ikhlas semata-mata karena Allah Azza Wa Jalla, namun dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapat keutungan duniawi maka sungguh dia tidak akan mendapat bau surga pada hari kiamat”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Musa Al-Asya’ari radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa sama seperti hujan yang deras yang menimpa suatu belahan bumi, di antara bumi itu ada yang bersih menerima air sehingga menumbuhkan berbagai tumbuhan dan rerumputan yang banyak, dan ada bagian bumi yang gersang yang menahan air maka Allah memberikan manfaat bagi manusia di mana mereka minum darinya, menyirami sawah dan bercocok tanam dengannya, di antara air itu ada yang menimpa bagian bumi yang lain, dia adalah bagian bumi yang lapang yang tidak menahan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, maka itulah perumpamaan orang yang faham terhadap agama Allah dan Allah memberikan manfaat baginya dengan petunjuk yang aku bawa dari Allah, dia mengetahui ilmu tersebut lalu mengajarkannya kepada orang lain, dan begitu pula perumpamaan orang yang tidak menghiraukan petunjuk tersebut dan tidak menerima petunjuk yang aku bawa”.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

Menuntut Ilmu Syari’ ﴿  طلب العلم الشرعي ﴾ ]

Menuntut Ilmu Syari’
﴿  طلب العلم الشرعي ﴾

]  Indonesia – Indonesian – [ إندونيسي

Karya: Dr. Amin bin Abdullah asy-Syaqawi

Terjemah : Muzaffar Sahidu
Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad


2010 - 1431


﴿  طلب العلم الشرعي ﴾
« باللغة الإندونيسية »

تأليف: د. أمين بن عبد الله الشقاوي

ترجمة: مظفر شهيد
مراجعة: أبو زياد إيكو هاريانتو



2010 - 1431





Menuntut Ilmu Syari’

Segala puji hanya bagi Allah subhanahu wata’ala, shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Rasulullah salallahu’alaihi wa salam, dan aku bersaksi bahwa tiada tuhan yang berhak disembah dengan sebenarnya selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi -Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan -Nya.. Amma Ba’du:
Di antara bentuk ibadah yang paling utama dan ketaatan yang paling agung yang dianjurkan oleh syara’ adalah menuntut ilmu syara’. Dan maksud ilmu syara’ ini adalah ilmu yang membahas tentang kitab Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam.
قال الله تعالى: ] قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ [
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (QS. Al-Zumar: 9)
قال تعالى: ] شَهِدَ اللّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُواْ الْعِلْمِ قَآئِمَاً بِالْقِسْطِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ [
Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Ali Imron: 18)
قال تعالى: ] يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ [
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11).
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah maka dia akan diberikan kepahaman di dalam agama”.
Sebagian ahlul ilmi berkata: Orang yang tidak memahami agama maka tidak dikehendaki kebaikan baginya”.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitab sunannya dari Abi Darda’ bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memberikannya jalan menuju ke surga, sesungguhnya para malaikat membentangkan sayapnya karena merasa redha terhadap penuntut ilmu. Sesungguhnya orang yang memililki ilmu dimintakan ampun oleh penghuni langit dan penghuni bumi bahkan ikan-ikan di dalam lautan, sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas ahli ibadah seperti kelebihan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang, sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi dan para nabi tidak mewriskan uang dinar atau dirham, mereka mewariskan ilmu, maka barangsiapa yang mengambilnya berarti dia telah mendapatkan bagian yang besar”.
Al-Auza’i berkata: Orang yang dianggap manusia menurut kami adalah para ulama, dan orang selain mereka tidak ada artinya”. Dan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimhullah berkata: Kebutuhan manusia kepada ilmu syara’ lebih besar dari kebutuhan mereka terhadap makanan dan minuman”.
Di antara keutmaan ilmu ini adalah mengalirnya pahala ilmu tersebut sekalipun orang yang memilikinya telah meninggal dunia. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Apabila anak Adam telah meninggal dunia maka terputuslah seluruh amalnya kecuali tiga perkara: Shadaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang selalu mendoakannya”.
Di antara keutamaan orang yang berilmu adalah orang yang berilmulah yang akan tetap komitmen tegak dalam  hukum Allah sampai hari kiamat tiba. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Mu’awiyah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Akan senantiasa tagak dalam agama Allah, tidak akan memudharatkan mereka orang yang melawan mereka atau menyelisihi mereka sehingga datang perkara Allah dan mereka akan ditinggikan di hadapan manusia”.
Diriwayatkan bahwa Imam Ahmad bin Hanbal bahwa dia berkata tentang kelompok ini: Kalau bukan ahli hadits maka aku tidak mengetahui siapa mereka”.
Di antara keutamaan ilmu syara’ adalah bahwa dia sebagai petunjuk pada jalan mengarah ke surga. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah memberikannya jalan menuju ke surga”. HR. Msulim no: 2699.
Di antara keutamaan orang yang berilmu adalah bahwa mereka sebagai pelita yang dijadiakan petunjuk oleh manusia dalam perkara agama dan dunia. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Telah terjadi pada kaum sebelum kalian bahwa seorang lelaki telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, lalu lelaki tersebut bertanya tentang orang yang paling berlimu di dunia ini, lalu ditunjukkan baginya seorang rahib yang ahli ibadah, dan lelaki itupun mendatangi rahib tersebut dan berkata kepadanya bahwa dia telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa dan bertanya kepadanya apakah dia memiliki kesempatan untuk bertaubat?. Maka rahib tersebut menjawab: Tidak. Lalu dia membunuh rahib tersebut, sehingga dirinya telah membunuh sertaus jiwa. Kemudian dia kembali bertanya tentang penghuni bumi yang paling berilmu, maka ditunjukkan baginya seorang lelaki yang berilmu dan orang itu bercerita bahwa dia telah membunuh seratus jiwa apakan taubatanya akan diterima?. Orang alim tersebut berkata: Ya, siapakah yang menghalangi dirinya dari bertaubat?.
Dia antara keutamaan orang yang berilmu adalah sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan menghunjamkan bagi ahli ilmu yang rabbani rasa takut dan cinta serta rasa hormat di dalam hati manusia. Engkau melihat bahwa manusia memuji mereka dan seluruh hati sepakat untuk menghormati dan menghargai mereka. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
قال تعالى: ] إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَيَجْعَلُ لَهُمُ الرَّحْمَنُ وُدًّا [
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang”. (QS. Maryam: 96).
Di antara kelebihan ilmu syara’ adalah bahwa menuntut ilmu syara’ lebih baik dari harta di dunia. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari hadits riwayat Uqbah bin Amir radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam keluar sementara kami berada di Shuffah (sebuah ruangan di samping mesjid) dan beliau bersabda: Siapakah di antara kalian yang senang untuk pergi pada waktu pagi ke Bathan atau ke Aqiq dan dia datang kembali darinya dengan membawa dua ekor onta yang gemuk tanpa membawa dosa dan memutus silaturrahmi?. Maka kami berkata: Wahai Rasulullah kami menyenangi hal tersebut. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Apakah salah seorang di antra kalian tidak segera pergi ke mesjid lalu dia mempelajari atau membaca dua ayat dari kitab Allah Azza Wa Jalla lebih baik dari dua ekor unta, dan tiga ayat lebih baik dari tiga ekor onta, dan empat ayat lebih baik dari empat ekor dan jumlah ayat yang sama dengan jumlah onta”.
Dan media untuk menuntut ilmu itu banyak sekali, seperti menghadiri majlis ilmu para ulama dan para syekh, mendengarkan muhadharah, ceramah di mesjid, membaca buku-buku yang bermanfaat, bertanya kepada orang yang berilmu tentang perkara yang sulit dan menghafal kitab Allah dan itulah ilmu yang paling besar.
Dan Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam memberitahukan bahwa di antara tanda-tanda dekatnya hari kiamat adalah diangkatnya ilmu syara’, kebodohan merajalela. Di dalam Al-Shahihaini dari Abdullah bin Amru bin Ash radhaiallahu anhuma bahwa Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam bersabda: Sesungguhnya Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak akan mencabut ilmu itu dengan mengambilnya secara langsung dari para hamba akan tetapi Allah mencabut ilmu itu dengan mencabut nyawa para ulama sehingga saat tidak ada seorangpun yang berilmu maka manusia akan memilih peminpin yang bodoh, lalu mereka ditanya lalu mereka memberi fatwa yang salah, maka mereka sesat dan menyesatkan”.
Dan Nabi Muhammad salallahu’alaihi wa salam berlindung kepada Allah subhanahu wata’alla dari ilmu yang tidak bermanfaat:
(( اللهم إني أعوذ بك من الأربع من علم لا ينفع ومن قلب لا يخشع ومن نفس لا تشبع ومن دعاء لا يسمع ))
“Ya Allah kami berlindung kepada -Mu dari empat perkara: Ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyu’, jiwa yang tidak puas dan do’a yang tidak didengar”.
Dan wajib bagi orang yang menuntut ilmu untuk mengikhlaskan niatnya semata-mata karena Allah subhanahu wata’alla, bukan untuk mencari jabatan, harta atau kepentingan dunia lainnya. Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitab sunannya dari Abi Hurairah radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: Barangsiapa yang menuntut ilmu yang semestinya harus dilaksanakan dengan ikhlas semata-mata karena Allah Azza Wa Jalla, namun dia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapat keutungan duniawi maka sungguh dia tidak akan mendapat bau surga pada hari kiamat”.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Musa Al-Asya’ari radhiallahu anhu bahwa Nabi Muhammad sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Perumpamaan petunjuk dan ilmu yang aku bawa sama seperti hujan yang deras yang menimpa suatu belahan bumi, di antara bumi itu ada yang bersih menerima air sehingga menumbuhkan berbagai tumbuhan dan rerumputan yang banyak, dan ada bagian bumi yang gersang yang menahan air maka Allah memberikan manfaat bagi manusia di mana mereka minum darinya, menyirami sawah dan bercocok tanam dengannya, di antara air itu ada yang menimpa bagian bumi yang lain, dia adalah bagian bumi yang lapang yang tidak menahan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, maka itulah perumpamaan orang yang faham terhadap agama Allah dan Allah memberikan manfaat baginya dengan petunjuk yang aku bawa dari Allah, dia mengetahui ilmu tersebut lalu mengajarkannya kepada orang lain, dan begitu pula perumpamaan orang yang tidak menghiraukan petunjuk tersebut dan tidak menerima petunjuk yang aku bawa”.
Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam, semoga shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad dan kepada keluarga, shahabat serta seluruh pengikut beliau.

KEAS XII IPS 3

SEMESTER I

KELAS IPS 2

Semester I

KELAS IPS 1

SEMESTER I

KELAS IPA 2

SEMESTER I

Kelas XI IPA 1

Tugas siswa